RSS

PENGERTIAN DOA

JANGANLAH KARENA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH  MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA  UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT  KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.

Apabila kita berkehendak mendapatkan sesuatu sama ada duniawi maupun ukhrawi maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu memperolehinya kita akan meminta pertolongan daripada orang yang mempunyai kuasa. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai hajat kita maka kita akan memohon pertolongan daripada Allah s.w.t,  menadah tangan ke langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan hajat kepada-Nya. Selagi hajat kita belum tercapai selagi itulah kita bermohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesukaran bagi Allah s.w.t untuk memenuhi hajat kita. Sekiranya Dia mengurniakan kepada kita semua khazanah yang ada di dalam bumi dan langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Andainya Allah s.w.t menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi kesan kepada ketuhanan Allah s.w.t. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya. Ini sebagaimana firman Allah :”Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya.” (Ayat 27 : Surah Ibrahim), “Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya.” ( Ayat 116 : Surah al-Baqarah).

Sebagian besar daripada kita tidak sadar bahwa kita mensyirikkan Allah s.w.t dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai kuasa tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata, “Wahai Tuhan! Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku  sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah s.w.t? Sekiranya kita tahu bahwa diri kita ini adalah hamba maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuan kepada sekalian hamba-hamba. Hak hamba ialah rela dengan apa juga keputusan dan pemberian Tuannya.

Doa adalah penyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah s.w.t dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari memperolehi apa yang kita hajatkan? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu boleh mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah s.w.t Yang Maha Penyayang menahannya daripada sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.“Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan Kehendakan-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. (Ayat 14 : Surah al-Mulk)”.

Allah s.w.t Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengarti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah s.w.t yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya yang apa saja yang Dia mansuhkan digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia boleh berbuat demikian karena Dia tidak bersekutu dengan siapa pun dan Dia Maha Berkuasa.

Seseorang hamba senantiasa berhajat kepada pertolongan Tuhan. Apa yang dihajatinya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak hajatnya semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan. Kadang-kadang berlaku satu permintaan  berlawanan dengan permintaan yang lain atau satu permintaan itu menujung permintaan yang lain. Manusia hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah s.w.t menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. Manusia yang dikuasai oleh kalbu jiwanya berbalik-balik dan keinginan serta hajatnya tidak menetap. Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik. Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya: Bertanyalah (wahai Muhammad): “Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah! Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat.” (Ayat 12 : Surah al-An’aam )

Orang yang beriman selalu mendoakan:“Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab  neraka”. (Ayat 201 : Surah al-Baqarah)

Hamba yang mendapat rahmat dari Allah s.w.t diterima doa di atas dan doa tersebut menjadi induk kepada segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah s.w.t menapis doa-doa yang lain. Jika kemudiannya si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara daripada didatangi oleh sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.

Oleh sebab itu doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya serta ucapkan, “Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Saya adalah hamba yang bersifat tergopoh gopoh, lemah dan jahil. Saya mempunyai hajat  tetapi saya tidak mengetahui akibatnya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini baik akibatnya bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka maka kurniakan ia kepada saya pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka jauhkan ia daripa saya dan cabutkanlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengarti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri”.


        Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan); tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi siapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. { Ayat 68 : Surah al-Qasas }- dipetik dari al-hikam...

KUNCI-KUNCI MERAIH KEJAYAAN…

  • Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan RasulNya
  • Kunci rezeki adalah berusaha disertai dengan istighfar dan ketakwaan
  • Kunci Syurga adalah mengesakan Allah (Tauhid)
  • Kunci iman adalah merenungkan ayat2 Allah dan tanda-tanda kebesaran yang ada pada makhluk-makhlukNya
  • Kunci kebaikan adalah kejujuran
  • Kunci kehidupan hati adalah merenungkan al-Quran, berdoa di malam hari dan meninggalkan perbuatan dosa
  • Kunci ilmu adalah tidak malu untuk bertanya dan mendengar dengan baik
  • Kunci kemenangan dan kejayaan adalan bersabar
  • Kunci kebahagiaan adalah takwa
  • Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur
  • Kunci mencintai akhirat adalah zuhud terhadap duniawi
  • Kunci agar permintaan dikabulkan oleh Allah adalah berdoa….

Sudah Suratan Hidupku....

tuhanKu…andainya ada janjiMu
tiada kehidupan selepas kematian ini
akanku memohon dihabiskan nyawaku
agarku tidak lagi keliru
pada dunia yang menipu…
dunia yang mengundang pilu di hatiku…

sungguh!!!
aku tak mampu menanggung beban
musibah perasaan
akibat dari tanganku sendiri yang memulakan
pengalaman ini mengajarku
erti kehidupan kerna cintaMu
namun…
aku tahu sebuah penderitaan
bukanlah penyebab untukku
berputus asa pada rahmatMu…

ya tuhanku
bimbinglah aku yang semakin layu
menuju jalanMu
agar aku tidak gentar
mempertahankan syariatMu
meyakinkan aku pada ketaatanMu
meneguhkan jiwa ketika tiada yang percaya
membahagiakan hatiku ketika kusut dan sayu
menyerahkan segala takdirku
padaMu yang Maha SATU
hanya Kau yang Tahu 
apa yang tersirat dalam hidupku!!!
-nukilan nurul najwa- 12.30 am …

hayatilah ayat ini!!!!!!


رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.
(surah al-anbiya’ ayat 89)

kawan2 pembaca yang dimuliakan, kalau antum merasa dalam kesedihan eloklah diamalkan ayat ini...moga kita tenang dengan setiap dugaan hidup!

Klasifikasi Dosa

Sambungan.....
mari kita kaji serba sikit tentang dosa, sebelum itu pembaca harus mengenali terlebih dahulu mengenai dosa kecil dan dosa besar....
Fuqaha mengklasifikasi dosa berdasarkan syariat dalam dua kategori yaitu dosa besar dan dosa kecil. Allah swt. berfirman dalam surat al-Nisa’ pada ayat 31 yang berbunyi:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga).”
1.       Dosa Besar
Pengertian dosa besar secara etimologis adalah setiap dosa yang  balasan hukumannya besar. Para ulama dan ahli tafsir berbeda pendapat tentang batasan maksiat atau dosa besar. Beberapa pendapat itu antara lain adalah: [1]
a.   Setiap maksiat yang diisyaratkan nas Alquran maupun sunah sebagai dosa besar, yang dibandingkan dengan dosa besar lainnya atau lebih besar lagi. Begitu pula maksiat yang secara rasional dianggap sebagai dosa besar kendati tidak ada nas khusus tentangnya. Umpamanya, dosa memfitnah yang diisyaratkan dalam Alquran, ”fitnah itu lebih besar dari pembunuhan”.
b.  Setiap maksiat yang dinyatakan sebagai dosa besar berdasarkan sunah Rasulullah saw. secara eksplisit maupun implisit. Antaranya adalah syirik terhadap Allah, membunuh jiwa dengan alasan tidak benar, durhaka kepada kedua orang tua, sihir dan sebagainya yang dijelaskan.[2]
c.   Ali bin Abi Thalhah berkata, ”semua yang diakhiri oleh Allah swt. dengan berbagai balasan seperti Neraka, murka, azab, laknat, atau setiap maksiat yang dinyatakan dalam nas Alquran sebagai dosa besar dan diancam siksa Neraka.”[3]
d.  Setiap maksiat yang menjadi dosa besar bagi orang-orang yang bertakwa, para ulama, dan orang-orang cendekia, seperti mengolok-olok atau mempermainkan Alquran, tempat-tempat suci atau semua hal yang dianggap sakral.
e.   Al-Dhahhak mengatakan dosa besar adalah setiap perbuatan yang diancam Allah dengan balasan Neraka serta sesuatu di dunia telah ditentukan hukumannya (hudud).[4]
f.    Dosa-dosa yang tak terhapus dengan ketaatan menjalankan perintah salat lima kali sehari semalam. Hal ini seperti mana dijelaskan oleh Imam Nawawi yang berpendapat bahwa dosa yang tidak dileburkan dengan perbuatan amal baik dan ibadah wajib adalah dosa besar.[5]
g.   Syekh al-Thibrisi mengatakan segala perbuatan yang dilarang Allah swt. adalah dosa besar. Ini sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas dan lainnya mengatakan, ”Seluruh perbuatan maksiat termasuk dosa besar karena kekejiannya. Kendati ada dosa-dosa yang lebih besar ketimbang yang lainnya, namun tak ada dosa yang kecil, kendati dianggap kecil jika dibandingkan dengan dosa-dosa yang lebih besar dan (yang memiliki) ancaman hukuman yang lebih keras darinya.”
2.       Dosa Kecil
Dosa kecil adalah dosa yang boleh terhapus oleh salat-salat wajib lima waktu, puasa ramadhan, ibadah haji, umrah, wudhu’ dan amalan-amalan kebaikan yang lain.[6] Ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Hud pada ayat 114,
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Lagi mengukuhkan hujah ini, ada hadis Nabi saw. memberitakan tentang keburukan terhapus dengan kebaikan sebagaimana telah diceritakan dalam kitab bersumber dari Abu Dzar Al-Ghifari[7] yang berbunyi:
اتبع السيئة الحسنة تمحها[8]
”Susulilah kejahatan (dosa) dengan kebaikan, semoga kebaikan itu dapat menghapuskannya.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
        Ada beberapa contoh dosa kecil namun dipandang sebagian ulama sebagai dosa kecil yang lebih berat yaitu[9] mengenakan baju sutera oleh laki-laki, mendengar lagu-lagu yang merusakkan moral, bermain dadu, duduk-duduk bersama peminum khamar ketika mereka sedang meminumnya, duduk berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mahram, atau melakukan dosa-dosa lain seumpama yang telah disebutkan.
Pada dasarnya, dosa dapat diampuni oleh Allah swt. bila disesali dan disertai dengan tekad untuk tidak mengulanginya lagi, sambil memohon ampunan kepada Allah swt. dan memohon maaf atas dosa yang telah dilakukan kepada mereka yang berkaitan dengan kezaliman yang telah dibuat.

Dosa pada asalnya kecil bertukar menjadi dosa besar...
        Mengenai dosa kecil para ulama telah banyak berbeda pendapat. Antaranya Imam Ghazali mengatakan dalam kitabnya, ”tidak ada yang disebut dosa kecil dan dosa besar, karena setiap penentangan atau pembangkangan terhadap Allah adalah dosa besar.”[10] Di sini dapat disimpulkan kebanyakan ulama memandang dosa kecil sebagai dosa besar karena setiap dosa adalah pendurhakaan terhadap Allah.
Perlu diketahui bahwa ada perkara yang membuatkan dosa kecil menjadi besar yang dibahaskan oleh para ulama, antaranya adalah Imam Al-Ghazali:[11]
a.   Maksiat yang dilakukan terus menerus.[12]  
             Dosa meskipun kecil sekiranya dilakukan terus menerus akan menjadi besar akhirnya. Ini dapat diumpamakan dengan tetesan air di atas batu secara terus menerus yang akhirnya batu akan terhakis, perbuatan jelek yang sedikit tetapi akhirnya berpengaruh dalam menyesatkan hati. Namun seandainya air dituang sekali saja, air tersebut tidak meninggalkan bekas sedikit pun. Hal ini sama juga dengan melakukan perbuatan baik secara terus menerus sekalipun hanya sedikit.
b.   Meremehkan dosa. [13]
     Setiap kali dosa dipandang besar oleh seorang hamba, maka di sisi Allah swt. dosa itu menjadi kecil. Sebaliknya apabila ia dipandang kecil atau remeh oleh hamba, maka di sisi Allah ia menjadi besar. Dosa dipandang besar apabila hati telah benci kepadanya untuk melakukan perbuatan tersebut. Adapun dosa kecil yang dilakukan karena tidak memiliki rasa malu, tidak peduli, tidak takut, dan meremehkannya bisa mengakibatkan perbuatannya menjadi besar, bahkan dosa besar yang berada pada tingkat paling tinggi.
c.   Memperlihatkan kemaksiatan dan bangga dengan dosa yang dilakukan tanpa rasa bersalah.[14] Dosa yang kecil sekiranya dilakukan tanpa rasa bersalah adalah lebih buruk dari dosa besar yang dilakukan sekali namun ia merasa takut dan terus bertaubat.
d.   Dilakukan dengan perasaan gembira dan aman, hal ini sama dengan orang yang merasa bangga dengan dosa. Sekiranya perasaan ini hadir, sebenarnya musibah yang lebih besar kepada dirinya yaitu Allah telah menghilang dan menggelapkan hidayah dalam hatinya sehingga ia benar-benar dalam kesesatan.
e.   Dilakukan oleh orang alim yang menjadi anutan orang ramai.[15]
   Kondisi seorang ulama dan orang yang mengetahui tentang agama perlu berhati-hati dalam tindakan agar tidak menjadi fitnah terhadap penyebaran Islam. Hal ini adalah karena mereka lebih gemar diteladani oleh masyarakat umum, lebih-lebih lagi masyarakat yang jahil tentang agama tetapi punya kesadaran mengamalkan Islam.[16] Sekiranya mereka melakukan dosa yang diikuti oleh masyarakat walaupun perbuatan tersebut kecil, kondisi inilah yang berubah menjadi dosa besar karena berlakunya kepincangan dalam pengamalan Islam sebagai cara hidup.

Dari keterangan-keterangan yang telah disebutkan, kini apa saja yang merupakan dosa besar dan dosa kecil telah diketahui dengan jelas. Namun di mata sebagian ulama tidak ada beda antara dosa besar dan kecil, pada mereka semua dosa itu besar, tidak ada satu pun dosa yang boleh dianggap remeh dan kecil. 


[1]Ibrahim al-Karazkani, Raudah Al-Ta’ibin..., hal. 141-142.
[2]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, (terj. Wawan Djunaedi Soffandi), Cet. I, (Jakarta: Mustaqiim, Oktober 2002), hal. 639.
[3]Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Taubah Wal Inabah, (terj. Abdul Hayyie al-Katani dan Uqinu Attaqi: Taubat Kembali kepada Allah), (Jakarta: Gema Insani, 2006),  hal. 232.
[4]Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Taubah Wal Inabah…, hal. 232.
[5]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi…, hal. 648.
[6]Ibid.
[7]Abdullah Al-Qari Bin Salleh, 187 Pepatah Sabda Nabi saw.: Panduan Utama Siswa-siswi Islam, (Kuala Lumpur: Al-Hidayah Publications, 2007), hal. 2.
[8]Abi Daud Sulaiman bin Asy’ats, Sunan Abi Daud, Jilid II, (Beirut: Darul Fikri, 2003), hal. 362.
[9]Ibid., hal. 82.
[10]Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin: Kitab Al-Taubah, (terj. Muhammad Al-Baqir), Cet. I dan II, (Bandung: Karisma, 2003 dan 2004), hal. 64-65.
[11]Jamilah al-Mashriy, Tathhir al-Qulub Min Jarahat al-Zunud, (terj. Fauzi Faishal Bahreisy: Meraih Ampunan Ilahi, Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa), Cet. I, (Iskandariah: Darul Bayan, 1998), hal. 50-54.
[12]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, hal. 651.
[13]Yusuf Al-Qardhawi, Al-Taubat Ila Allah…, hal. 263.
[14]ibid....hal. 265.
[15]Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (terj. Moh. Zuhri, Muqoffin Muchtar dan Muqorrobin Misbah), Jilid VII, (Semarang: CV Al-Syifa’, 1994), hal. 226.
[16]Masyarakat yang bertaklid (masyarakat yang  suka ikut-ikut dengan ulama tanpa ada ilmu).

Apa itu DOSA??

Assalamualaikum...Alhamdulillah pada kali ini saya akan menghidang para pembaca tentang sebuah karya ilmiah hasil kajian saya sebagai santapan..walaupun hidangan saya tidaklah istimewa bertaraf hotel 5 bintang tapi saya cuba untuk menampilkannya sebagai perkongsian ilmu. sekiranya ada kritikan yang membina saya sangat mengalu2kan untuk membaiki dan memajukan lg penulisan ini....Sekian....

Pengetian Dosa

Dosa adalah satu perbuatan keji yang sudah jelas dilarang oleh Allah swt. dan merupakan satu kesalahan apabila dilakukan, karena perbuatan dosa itu berakibat kesengsaraan pada si pelaku. Dosa yang dilakukan walaupun bagi si pelaku merasa baik dan tersanjung di depan sebagai manusia namun hakikatnya akan membawa akibat yang buruk di akhir kehidupannya. Dosa juga adalah segala bentuk pelanggaran yang dilakukan terhadap hak Allah, manusia dan makhluk lain.
Dosa menurut perspektif hadis Nabi seperti yang telah diriwayatkan dalam kitab Musnad Ahamd bin Hanbal sepertimana berikut:
البر انشرح له صدرك والأثم ما حاك في صدرك وان أفتاك عنه الناس
”kebajikan adalah perkara yang menyenangkan dan menenangkan hati manakala dosa pula adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain.” (Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid IV, (Beirut: Maktabah Islami, 1978), hal. 227.)

Faktor Kecenderungan Melakukan Dosa
Pada hakikatnya dosa berpunca dari hati, perasaan yang muncul ini akan melahirkan perbuatan yang akan dilaksanakan oleh anggota badan seseorang, yang menjadi pribadi. Adapun hati yang bagus akan melahirkan perbuatan yang baik manakala hati yang berniat jahat akan melahirkan perbuatan yang maksiat kepada Allah swt.
Allah menciptakan manusia, sesiapa pun dia dengan memiliki sejumlah potensi. Potensi-potensi ini bertumpu pada dua bagian besar yaitu potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat buruk atau melanggar. Hal ini dijelaskan melalui firman-Nya dalam surah as-Syams ayat 7 dan 8: ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” ...beruntung bagi yang menyucikannya dan kerugian bagi yang mengotorinya... ayat 9-10.
Namun demikian Allah telah memberi tuntunan dan arahan tentang kedua jalan yang baik dan buruk dengan mengutuskan Rasul dan kitab-Nya sebagai petunjuk jalan. Terserah kepada manusia untuk memilihnya antara dua jalan ini. Pada saat bersamaan kekuatan untuk mengembangkan potensi baik dan buruk sering berlaku tarik menarik yang cukup kuat.
Mahdi al-Fatlawi mengatakan dosa ada tiga jenis yaitu:
1.    Dosa pribadi yang berkaitan dengan  Allah.
Maksiat dan dosa secara langsung kepada Allah swt. seperti kafir, menyekutukan Allah, meninggalkan ibadah secara sengaja dengan takabur, tidak menunaikan apa yang diperintahkan-Nya serta tidak meninggalkan apa yang dilarang-Nya (misalnya, meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun Islam yang secara umum disebut dengan hak-hak Allah).
2.   Dosa yang berkaitan dengan manusia.
a.       Terkait langsung dengan diri sendiri. Manusia yang tidak mentaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan apa-apa yang dilarangNya, berarti hanya menzalimi diri sendiri dan telah sengaja mengundang murka Allah. Ini ditambah dengan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap diri pribadi. Allah swt. menjelaskan bahwa kesalahan manusia tidak lain adalah kezaliman terhadap dirinya sendiri.
b.      Berkaitan dengan orang lain, seperti sikap atau perbuatan memusuhi dan menyakiti orang lain, merampas hak atau hartanya, menzalimi seseorang dengan cara membunuh, merampok hartanya, memfitnahnya, menyebarkan keburukannya, atau segala hal yang umum disebut dengan melanggar hak asasi manusia. Dosa seperti ini harus diinsafi dengan memohon kemaafan dari orang yang berkaitan dahulu sehingga dimaafkan, sekiranya ia enggan memaafkan maka kita berusaha untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin dan selebihnya berserah pada Allah swt. untuk mengadilinya.
3.   Dosa yang berkaitan dengan makhluk lain
Selain berbuat dosa kepada Allah dan sesama manusia, kita juga sering terjurus melakukan kezaliman terhadap makhluk lain. Namun dalam permasalahan ini bukan semua perkara yang dilakukan terhadap binatang dan tumbuhan adalah sebagai dosa. Perbuatan yang dikatakan dosa terhadap makhluk Allah yang lain, apabila terjadinya perbuatan yang berbentuk kezaliman tanpa hak dan keperluan untuk melakukannya seperti memukul binatang, memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

Pengaruh Dosa Terhadap Kehidupan Seseorang
Setiap manusia mempunyai dosa dan kesalahan pada Allah, namun yang penting adalah bagaimana seseorang itu bisa menjaga dirinya dari perbuatan dosa agar terhindar dari azab-Nya. Tidak ada pelanggaran yang dilakukan manusia luput dari pantauan dan pengawasan Allah swt., melainkan akan diberikan sanksi dan hukuman oleh-Nya pada setiap dosa yang dilakukan walau sekecil apapun. Hukuman itu ada yang diberikan di dunia dan ada yang ditangguhkan sampai hari pembalasan.
Pengaruh negatif dari perbuatan dosa itu akan dampak pada pelakunya, yang juga turut terimbas pada orang lain karena dosa sangat berbahaya terhadap seseorang baik pada kehidupan jasad, ruhani, materi, individu maupun sosial. Di antara pengaruh dosa dapat kita ketahui adalah seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1.    Dada terasa sempit dan sedih.
Pengaruh yang paling besar akibat dosa-dosa ialah dada si pelaku maksiat akan terasa sempit serta penuh dengan kesusahan, kegelisahan kesulitan, keputus-asaan, kepedihan, dan kesedihan. Hal ini karena maksiat boleh menghilangkan ketenangan pada hati yang merupakan bagian dari penyakit jiwa. Ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Thaaha, ayat 124-126:“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta." Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.”
2.   Lupa ilmu.
Maksiat adalah racun bagi hati, apa pun bentuknya, ia juga muara penyakit dan kehancuran. Ketika noda-noda hina telah menempel di atas hati, kelalaianlah yang akan mengikutinya. Ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Maaidah ayat 13: “(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
3.   Hati menjadi keras.
Keras hati mempunyai dua tingkatan yang disebutkan oleh Alquran dengan istilah maqfulmath’u (mati). Kedua-dua ini timbul adalah karena berkelanjutan dalam melakukan maksiat sehingga seorang itu sukar untuk menerima pengaruh yang baik. (terkunci) dan
Dosa juga memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian, badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh, telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an. Akhirnya lama-kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka hilanglah rasa sensitif terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah disebut. Ini sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Baqarah ayat 74: “kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
4.   Usia tersia-sia dan terhalang dari mendapatkan rizki.
Dosa yang dilakukan akan menghilangkan berkahnya umur dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat digambarkan dengan melihat pada kehidupan seseorang yang usianya dipanjangkan Allah, namun perjalanan hidup di dunia ini penuh dengan kesia-siaan dan kerugian yang berpanjangan. Sebagaimana kebajikan menambah umur, maka keburukan itu mengurangi umur.
Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.
5.   Hukuman di Akhirat.
Maksiat menyebabkan nikmat yang diberikan kepada hamba tidak sirna kecuali karena dosa dan tidak juga ada siksaan menimpa hamba kecuali karena dosa. Hal ini telah disebutkan oleh Allah swt. dalam kitab-Nya dan juga melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah saw. dengan amaran yang keras sebagai peringatan.
Amaran ini ditegaskan lagi dengan beberapa contoh yang menyangkut seperti orang yang berzina akan mendapat hukumannya, peminum khamar akan mendapat hukumannya, pembunuh akan mendapat hukumannya, pendusta juga akan mendapat hukumannya dan dosa lain-lain pasti akan mendapat pembalasannya yang setimpal dengan dosa yang dilakukan seperti firman Allah dalam surat Ali 'Imraan ayat 185: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung, kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Sekecil apapun suatu perbuatan, baik maupun buruk, pasti Allah akan memperlihatkannya di Akhirat kelak dan memberi balasan yang setimpal dengannya. Ini ditegaskan dalam surat al-Zalzalah ayat 7 dan 8: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya Dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya Dia akan melihat balasannya pula.”
Itulah keadilan Allah yang membalas setiap perbuatan manusia kerjakan. Perbuatan baik akan berbuah pahala, sementara perbuatan buruk pasti akan menanggung siksa. Tidak ada suatu perbuatan pun yang luput dari pengamatan-Nya meskipun sebesar biji sawi.

Insha Allah- Maher Zain


Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way

Everytime you can make one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame

Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way

Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insha Allah we’ll find the way

Thursday, December 30, 2010

PENGERTIAN DOA

0comments
JANGANLAH KARENA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH  MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA  UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT  KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.

Apabila kita berkehendak mendapatkan sesuatu sama ada duniawi maupun ukhrawi maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu memperolehinya kita akan meminta pertolongan daripada orang yang mempunyai kuasa. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai hajat kita maka kita akan memohon pertolongan daripada Allah s.w.t,  menadah tangan ke langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan hajat kepada-Nya. Selagi hajat kita belum tercapai selagi itulah kita bermohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesukaran bagi Allah s.w.t untuk memenuhi hajat kita. Sekiranya Dia mengurniakan kepada kita semua khazanah yang ada di dalam bumi dan langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Andainya Allah s.w.t menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi kesan kepada ketuhanan Allah s.w.t. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya. Ini sebagaimana firman Allah :”Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya.” (Ayat 27 : Surah Ibrahim), “Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya.” ( Ayat 116 : Surah al-Baqarah).

Sebagian besar daripada kita tidak sadar bahwa kita mensyirikkan Allah s.w.t dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai kuasa tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata, “Wahai Tuhan! Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku  sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah s.w.t? Sekiranya kita tahu bahwa diri kita ini adalah hamba maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuan kepada sekalian hamba-hamba. Hak hamba ialah rela dengan apa juga keputusan dan pemberian Tuannya.

Doa adalah penyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah s.w.t dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari memperolehi apa yang kita hajatkan? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu boleh mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah s.w.t Yang Maha Penyayang menahannya daripada sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.“Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan Kehendakan-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. (Ayat 14 : Surah al-Mulk)”.

Allah s.w.t Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengarti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah s.w.t yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya yang apa saja yang Dia mansuhkan digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia boleh berbuat demikian karena Dia tidak bersekutu dengan siapa pun dan Dia Maha Berkuasa.

Seseorang hamba senantiasa berhajat kepada pertolongan Tuhan. Apa yang dihajatinya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak hajatnya semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan. Kadang-kadang berlaku satu permintaan  berlawanan dengan permintaan yang lain atau satu permintaan itu menujung permintaan yang lain. Manusia hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah s.w.t menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. Manusia yang dikuasai oleh kalbu jiwanya berbalik-balik dan keinginan serta hajatnya tidak menetap. Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik. Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya: Bertanyalah (wahai Muhammad): “Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah! Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat.” (Ayat 12 : Surah al-An’aam )

Orang yang beriman selalu mendoakan:“Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab  neraka”. (Ayat 201 : Surah al-Baqarah)

Hamba yang mendapat rahmat dari Allah s.w.t diterima doa di atas dan doa tersebut menjadi induk kepada segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah s.w.t menapis doa-doa yang lain. Jika kemudiannya si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara daripada didatangi oleh sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.

Oleh sebab itu doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya serta ucapkan, “Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Saya adalah hamba yang bersifat tergopoh gopoh, lemah dan jahil. Saya mempunyai hajat  tetapi saya tidak mengetahui akibatnya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini baik akibatnya bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka maka kurniakan ia kepada saya pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka jauhkan ia daripa saya dan cabutkanlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengarti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri”.


        Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan); tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi siapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. { Ayat 68 : Surah al-Qasas }- dipetik dari al-hikam...

Friday, December 24, 2010

KUNCI-KUNCI MERAIH KEJAYAAN…

0comments
  • Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan RasulNya
  • Kunci rezeki adalah berusaha disertai dengan istighfar dan ketakwaan
  • Kunci Syurga adalah mengesakan Allah (Tauhid)
  • Kunci iman adalah merenungkan ayat2 Allah dan tanda-tanda kebesaran yang ada pada makhluk-makhlukNya
  • Kunci kebaikan adalah kejujuran
  • Kunci kehidupan hati adalah merenungkan al-Quran, berdoa di malam hari dan meninggalkan perbuatan dosa
  • Kunci ilmu adalah tidak malu untuk bertanya dan mendengar dengan baik
  • Kunci kemenangan dan kejayaan adalan bersabar
  • Kunci kebahagiaan adalah takwa
  • Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur
  • Kunci mencintai akhirat adalah zuhud terhadap duniawi
  • Kunci agar permintaan dikabulkan oleh Allah adalah berdoa….

Monday, November 1, 2010

Sudah Suratan Hidupku....

0comments
tuhanKu…andainya ada janjiMu
tiada kehidupan selepas kematian ini
akanku memohon dihabiskan nyawaku
agarku tidak lagi keliru
pada dunia yang menipu…
dunia yang mengundang pilu di hatiku…

sungguh!!!
aku tak mampu menanggung beban
musibah perasaan
akibat dari tanganku sendiri yang memulakan
pengalaman ini mengajarku
erti kehidupan kerna cintaMu
namun…
aku tahu sebuah penderitaan
bukanlah penyebab untukku
berputus asa pada rahmatMu…

ya tuhanku
bimbinglah aku yang semakin layu
menuju jalanMu
agar aku tidak gentar
mempertahankan syariatMu
meyakinkan aku pada ketaatanMu
meneguhkan jiwa ketika tiada yang percaya
membahagiakan hatiku ketika kusut dan sayu
menyerahkan segala takdirku
padaMu yang Maha SATU
hanya Kau yang Tahu 
apa yang tersirat dalam hidupku!!!
-nukilan nurul najwa- 12.30 am …

Friday, October 29, 2010

hayatilah ayat ini!!!!!!

0comments

رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.
(surah al-anbiya’ ayat 89)

kawan2 pembaca yang dimuliakan, kalau antum merasa dalam kesedihan eloklah diamalkan ayat ini...moga kita tenang dengan setiap dugaan hidup!

Monday, October 25, 2010

Klasifikasi Dosa

0comments
Sambungan.....
mari kita kaji serba sikit tentang dosa, sebelum itu pembaca harus mengenali terlebih dahulu mengenai dosa kecil dan dosa besar....
Fuqaha mengklasifikasi dosa berdasarkan syariat dalam dua kategori yaitu dosa besar dan dosa kecil. Allah swt. berfirman dalam surat al-Nisa’ pada ayat 31 yang berbunyi:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga).”
1.       Dosa Besar
Pengertian dosa besar secara etimologis adalah setiap dosa yang  balasan hukumannya besar. Para ulama dan ahli tafsir berbeda pendapat tentang batasan maksiat atau dosa besar. Beberapa pendapat itu antara lain adalah: [1]
a.   Setiap maksiat yang diisyaratkan nas Alquran maupun sunah sebagai dosa besar, yang dibandingkan dengan dosa besar lainnya atau lebih besar lagi. Begitu pula maksiat yang secara rasional dianggap sebagai dosa besar kendati tidak ada nas khusus tentangnya. Umpamanya, dosa memfitnah yang diisyaratkan dalam Alquran, ”fitnah itu lebih besar dari pembunuhan”.
b.  Setiap maksiat yang dinyatakan sebagai dosa besar berdasarkan sunah Rasulullah saw. secara eksplisit maupun implisit. Antaranya adalah syirik terhadap Allah, membunuh jiwa dengan alasan tidak benar, durhaka kepada kedua orang tua, sihir dan sebagainya yang dijelaskan.[2]
c.   Ali bin Abi Thalhah berkata, ”semua yang diakhiri oleh Allah swt. dengan berbagai balasan seperti Neraka, murka, azab, laknat, atau setiap maksiat yang dinyatakan dalam nas Alquran sebagai dosa besar dan diancam siksa Neraka.”[3]
d.  Setiap maksiat yang menjadi dosa besar bagi orang-orang yang bertakwa, para ulama, dan orang-orang cendekia, seperti mengolok-olok atau mempermainkan Alquran, tempat-tempat suci atau semua hal yang dianggap sakral.
e.   Al-Dhahhak mengatakan dosa besar adalah setiap perbuatan yang diancam Allah dengan balasan Neraka serta sesuatu di dunia telah ditentukan hukumannya (hudud).[4]
f.    Dosa-dosa yang tak terhapus dengan ketaatan menjalankan perintah salat lima kali sehari semalam. Hal ini seperti mana dijelaskan oleh Imam Nawawi yang berpendapat bahwa dosa yang tidak dileburkan dengan perbuatan amal baik dan ibadah wajib adalah dosa besar.[5]
g.   Syekh al-Thibrisi mengatakan segala perbuatan yang dilarang Allah swt. adalah dosa besar. Ini sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas dan lainnya mengatakan, ”Seluruh perbuatan maksiat termasuk dosa besar karena kekejiannya. Kendati ada dosa-dosa yang lebih besar ketimbang yang lainnya, namun tak ada dosa yang kecil, kendati dianggap kecil jika dibandingkan dengan dosa-dosa yang lebih besar dan (yang memiliki) ancaman hukuman yang lebih keras darinya.”
2.       Dosa Kecil
Dosa kecil adalah dosa yang boleh terhapus oleh salat-salat wajib lima waktu, puasa ramadhan, ibadah haji, umrah, wudhu’ dan amalan-amalan kebaikan yang lain.[6] Ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Hud pada ayat 114,
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Lagi mengukuhkan hujah ini, ada hadis Nabi saw. memberitakan tentang keburukan terhapus dengan kebaikan sebagaimana telah diceritakan dalam kitab bersumber dari Abu Dzar Al-Ghifari[7] yang berbunyi:
اتبع السيئة الحسنة تمحها[8]
”Susulilah kejahatan (dosa) dengan kebaikan, semoga kebaikan itu dapat menghapuskannya.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
        Ada beberapa contoh dosa kecil namun dipandang sebagian ulama sebagai dosa kecil yang lebih berat yaitu[9] mengenakan baju sutera oleh laki-laki, mendengar lagu-lagu yang merusakkan moral, bermain dadu, duduk-duduk bersama peminum khamar ketika mereka sedang meminumnya, duduk berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mahram, atau melakukan dosa-dosa lain seumpama yang telah disebutkan.
Pada dasarnya, dosa dapat diampuni oleh Allah swt. bila disesali dan disertai dengan tekad untuk tidak mengulanginya lagi, sambil memohon ampunan kepada Allah swt. dan memohon maaf atas dosa yang telah dilakukan kepada mereka yang berkaitan dengan kezaliman yang telah dibuat.

Dosa pada asalnya kecil bertukar menjadi dosa besar...
        Mengenai dosa kecil para ulama telah banyak berbeda pendapat. Antaranya Imam Ghazali mengatakan dalam kitabnya, ”tidak ada yang disebut dosa kecil dan dosa besar, karena setiap penentangan atau pembangkangan terhadap Allah adalah dosa besar.”[10] Di sini dapat disimpulkan kebanyakan ulama memandang dosa kecil sebagai dosa besar karena setiap dosa adalah pendurhakaan terhadap Allah.
Perlu diketahui bahwa ada perkara yang membuatkan dosa kecil menjadi besar yang dibahaskan oleh para ulama, antaranya adalah Imam Al-Ghazali:[11]
a.   Maksiat yang dilakukan terus menerus.[12]  
             Dosa meskipun kecil sekiranya dilakukan terus menerus akan menjadi besar akhirnya. Ini dapat diumpamakan dengan tetesan air di atas batu secara terus menerus yang akhirnya batu akan terhakis, perbuatan jelek yang sedikit tetapi akhirnya berpengaruh dalam menyesatkan hati. Namun seandainya air dituang sekali saja, air tersebut tidak meninggalkan bekas sedikit pun. Hal ini sama juga dengan melakukan perbuatan baik secara terus menerus sekalipun hanya sedikit.
b.   Meremehkan dosa. [13]
     Setiap kali dosa dipandang besar oleh seorang hamba, maka di sisi Allah swt. dosa itu menjadi kecil. Sebaliknya apabila ia dipandang kecil atau remeh oleh hamba, maka di sisi Allah ia menjadi besar. Dosa dipandang besar apabila hati telah benci kepadanya untuk melakukan perbuatan tersebut. Adapun dosa kecil yang dilakukan karena tidak memiliki rasa malu, tidak peduli, tidak takut, dan meremehkannya bisa mengakibatkan perbuatannya menjadi besar, bahkan dosa besar yang berada pada tingkat paling tinggi.
c.   Memperlihatkan kemaksiatan dan bangga dengan dosa yang dilakukan tanpa rasa bersalah.[14] Dosa yang kecil sekiranya dilakukan tanpa rasa bersalah adalah lebih buruk dari dosa besar yang dilakukan sekali namun ia merasa takut dan terus bertaubat.
d.   Dilakukan dengan perasaan gembira dan aman, hal ini sama dengan orang yang merasa bangga dengan dosa. Sekiranya perasaan ini hadir, sebenarnya musibah yang lebih besar kepada dirinya yaitu Allah telah menghilang dan menggelapkan hidayah dalam hatinya sehingga ia benar-benar dalam kesesatan.
e.   Dilakukan oleh orang alim yang menjadi anutan orang ramai.[15]
   Kondisi seorang ulama dan orang yang mengetahui tentang agama perlu berhati-hati dalam tindakan agar tidak menjadi fitnah terhadap penyebaran Islam. Hal ini adalah karena mereka lebih gemar diteladani oleh masyarakat umum, lebih-lebih lagi masyarakat yang jahil tentang agama tetapi punya kesadaran mengamalkan Islam.[16] Sekiranya mereka melakukan dosa yang diikuti oleh masyarakat walaupun perbuatan tersebut kecil, kondisi inilah yang berubah menjadi dosa besar karena berlakunya kepincangan dalam pengamalan Islam sebagai cara hidup.

Dari keterangan-keterangan yang telah disebutkan, kini apa saja yang merupakan dosa besar dan dosa kecil telah diketahui dengan jelas. Namun di mata sebagian ulama tidak ada beda antara dosa besar dan kecil, pada mereka semua dosa itu besar, tidak ada satu pun dosa yang boleh dianggap remeh dan kecil. 


[1]Ibrahim al-Karazkani, Raudah Al-Ta’ibin..., hal. 141-142.
[2]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, (terj. Wawan Djunaedi Soffandi), Cet. I, (Jakarta: Mustaqiim, Oktober 2002), hal. 639.
[3]Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Taubah Wal Inabah, (terj. Abdul Hayyie al-Katani dan Uqinu Attaqi: Taubat Kembali kepada Allah), (Jakarta: Gema Insani, 2006),  hal. 232.
[4]Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Taubah Wal Inabah…, hal. 232.
[5]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi…, hal. 648.
[6]Ibid.
[7]Abdullah Al-Qari Bin Salleh, 187 Pepatah Sabda Nabi saw.: Panduan Utama Siswa-siswi Islam, (Kuala Lumpur: Al-Hidayah Publications, 2007), hal. 2.
[8]Abi Daud Sulaiman bin Asy’ats, Sunan Abi Daud, Jilid II, (Beirut: Darul Fikri, 2003), hal. 362.
[9]Ibid., hal. 82.
[10]Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin: Kitab Al-Taubah, (terj. Muhammad Al-Baqir), Cet. I dan II, (Bandung: Karisma, 2003 dan 2004), hal. 64-65.
[11]Jamilah al-Mashriy, Tathhir al-Qulub Min Jarahat al-Zunud, (terj. Fauzi Faishal Bahreisy: Meraih Ampunan Ilahi, Metode Membersihkan Hati dari Kotoran Dosa), Cet. I, (Iskandariah: Darul Bayan, 1998), hal. 50-54.
[12]Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, hal. 651.
[13]Yusuf Al-Qardhawi, Al-Taubat Ila Allah…, hal. 263.
[14]ibid....hal. 265.
[15]Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, (terj. Moh. Zuhri, Muqoffin Muchtar dan Muqorrobin Misbah), Jilid VII, (Semarang: CV Al-Syifa’, 1994), hal. 226.
[16]Masyarakat yang bertaklid (masyarakat yang  suka ikut-ikut dengan ulama tanpa ada ilmu).

Thursday, September 30, 2010

Apa itu DOSA??

0comments
Assalamualaikum...Alhamdulillah pada kali ini saya akan menghidang para pembaca tentang sebuah karya ilmiah hasil kajian saya sebagai santapan..walaupun hidangan saya tidaklah istimewa bertaraf hotel 5 bintang tapi saya cuba untuk menampilkannya sebagai perkongsian ilmu. sekiranya ada kritikan yang membina saya sangat mengalu2kan untuk membaiki dan memajukan lg penulisan ini....Sekian....

Pengetian Dosa

Dosa adalah satu perbuatan keji yang sudah jelas dilarang oleh Allah swt. dan merupakan satu kesalahan apabila dilakukan, karena perbuatan dosa itu berakibat kesengsaraan pada si pelaku. Dosa yang dilakukan walaupun bagi si pelaku merasa baik dan tersanjung di depan sebagai manusia namun hakikatnya akan membawa akibat yang buruk di akhir kehidupannya. Dosa juga adalah segala bentuk pelanggaran yang dilakukan terhadap hak Allah, manusia dan makhluk lain.
Dosa menurut perspektif hadis Nabi seperti yang telah diriwayatkan dalam kitab Musnad Ahamd bin Hanbal sepertimana berikut:
البر انشرح له صدرك والأثم ما حاك في صدرك وان أفتاك عنه الناس
”kebajikan adalah perkara yang menyenangkan dan menenangkan hati manakala dosa pula adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain.” (Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid IV, (Beirut: Maktabah Islami, 1978), hal. 227.)

Faktor Kecenderungan Melakukan Dosa
Pada hakikatnya dosa berpunca dari hati, perasaan yang muncul ini akan melahirkan perbuatan yang akan dilaksanakan oleh anggota badan seseorang, yang menjadi pribadi. Adapun hati yang bagus akan melahirkan perbuatan yang baik manakala hati yang berniat jahat akan melahirkan perbuatan yang maksiat kepada Allah swt.
Allah menciptakan manusia, sesiapa pun dia dengan memiliki sejumlah potensi. Potensi-potensi ini bertumpu pada dua bagian besar yaitu potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat buruk atau melanggar. Hal ini dijelaskan melalui firman-Nya dalam surah as-Syams ayat 7 dan 8: ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” ...beruntung bagi yang menyucikannya dan kerugian bagi yang mengotorinya... ayat 9-10.
Namun demikian Allah telah memberi tuntunan dan arahan tentang kedua jalan yang baik dan buruk dengan mengutuskan Rasul dan kitab-Nya sebagai petunjuk jalan. Terserah kepada manusia untuk memilihnya antara dua jalan ini. Pada saat bersamaan kekuatan untuk mengembangkan potensi baik dan buruk sering berlaku tarik menarik yang cukup kuat.
Mahdi al-Fatlawi mengatakan dosa ada tiga jenis yaitu:
1.    Dosa pribadi yang berkaitan dengan  Allah.
Maksiat dan dosa secara langsung kepada Allah swt. seperti kafir, menyekutukan Allah, meninggalkan ibadah secara sengaja dengan takabur, tidak menunaikan apa yang diperintahkan-Nya serta tidak meninggalkan apa yang dilarang-Nya (misalnya, meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun Islam yang secara umum disebut dengan hak-hak Allah).
2.   Dosa yang berkaitan dengan manusia.
a.       Terkait langsung dengan diri sendiri. Manusia yang tidak mentaati perintah-perintah Allah dan meninggalkan apa-apa yang dilarangNya, berarti hanya menzalimi diri sendiri dan telah sengaja mengundang murka Allah. Ini ditambah dengan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap diri pribadi. Allah swt. menjelaskan bahwa kesalahan manusia tidak lain adalah kezaliman terhadap dirinya sendiri.
b.      Berkaitan dengan orang lain, seperti sikap atau perbuatan memusuhi dan menyakiti orang lain, merampas hak atau hartanya, menzalimi seseorang dengan cara membunuh, merampok hartanya, memfitnahnya, menyebarkan keburukannya, atau segala hal yang umum disebut dengan melanggar hak asasi manusia. Dosa seperti ini harus diinsafi dengan memohon kemaafan dari orang yang berkaitan dahulu sehingga dimaafkan, sekiranya ia enggan memaafkan maka kita berusaha untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin dan selebihnya berserah pada Allah swt. untuk mengadilinya.
3.   Dosa yang berkaitan dengan makhluk lain
Selain berbuat dosa kepada Allah dan sesama manusia, kita juga sering terjurus melakukan kezaliman terhadap makhluk lain. Namun dalam permasalahan ini bukan semua perkara yang dilakukan terhadap binatang dan tumbuhan adalah sebagai dosa. Perbuatan yang dikatakan dosa terhadap makhluk Allah yang lain, apabila terjadinya perbuatan yang berbentuk kezaliman tanpa hak dan keperluan untuk melakukannya seperti memukul binatang, memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

Pengaruh Dosa Terhadap Kehidupan Seseorang
Setiap manusia mempunyai dosa dan kesalahan pada Allah, namun yang penting adalah bagaimana seseorang itu bisa menjaga dirinya dari perbuatan dosa agar terhindar dari azab-Nya. Tidak ada pelanggaran yang dilakukan manusia luput dari pantauan dan pengawasan Allah swt., melainkan akan diberikan sanksi dan hukuman oleh-Nya pada setiap dosa yang dilakukan walau sekecil apapun. Hukuman itu ada yang diberikan di dunia dan ada yang ditangguhkan sampai hari pembalasan.
Pengaruh negatif dari perbuatan dosa itu akan dampak pada pelakunya, yang juga turut terimbas pada orang lain karena dosa sangat berbahaya terhadap seseorang baik pada kehidupan jasad, ruhani, materi, individu maupun sosial. Di antara pengaruh dosa dapat kita ketahui adalah seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1.    Dada terasa sempit dan sedih.
Pengaruh yang paling besar akibat dosa-dosa ialah dada si pelaku maksiat akan terasa sempit serta penuh dengan kesusahan, kegelisahan kesulitan, keputus-asaan, kepedihan, dan kesedihan. Hal ini karena maksiat boleh menghilangkan ketenangan pada hati yang merupakan bagian dari penyakit jiwa. Ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Thaaha, ayat 124-126:“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta." Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.”
2.   Lupa ilmu.
Maksiat adalah racun bagi hati, apa pun bentuknya, ia juga muara penyakit dan kehancuran. Ketika noda-noda hina telah menempel di atas hati, kelalaianlah yang akan mengikutinya. Ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Maaidah ayat 13: “(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
3.   Hati menjadi keras.
Keras hati mempunyai dua tingkatan yang disebutkan oleh Alquran dengan istilah maqfulmath’u (mati). Kedua-dua ini timbul adalah karena berkelanjutan dalam melakukan maksiat sehingga seorang itu sukar untuk menerima pengaruh yang baik. (terkunci) dan
Dosa juga memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian, badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh, telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an. Akhirnya lama-kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka hilanglah rasa sensitif terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah disebut. Ini sebagaimana yang dinyatakan dalam surat al-Baqarah ayat 74: “kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
4.   Usia tersia-sia dan terhalang dari mendapatkan rizki.
Dosa yang dilakukan akan menghilangkan berkahnya umur dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat digambarkan dengan melihat pada kehidupan seseorang yang usianya dipanjangkan Allah, namun perjalanan hidup di dunia ini penuh dengan kesia-siaan dan kerugian yang berpanjangan. Sebagaimana kebajikan menambah umur, maka keburukan itu mengurangi umur.
Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.
5.   Hukuman di Akhirat.
Maksiat menyebabkan nikmat yang diberikan kepada hamba tidak sirna kecuali karena dosa dan tidak juga ada siksaan menimpa hamba kecuali karena dosa. Hal ini telah disebutkan oleh Allah swt. dalam kitab-Nya dan juga melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah saw. dengan amaran yang keras sebagai peringatan.
Amaran ini ditegaskan lagi dengan beberapa contoh yang menyangkut seperti orang yang berzina akan mendapat hukumannya, peminum khamar akan mendapat hukumannya, pembunuh akan mendapat hukumannya, pendusta juga akan mendapat hukumannya dan dosa lain-lain pasti akan mendapat pembalasannya yang setimpal dengan dosa yang dilakukan seperti firman Allah dalam surat Ali 'Imraan ayat 185: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung, kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Sekecil apapun suatu perbuatan, baik maupun buruk, pasti Allah akan memperlihatkannya di Akhirat kelak dan memberi balasan yang setimpal dengannya. Ini ditegaskan dalam surat al-Zalzalah ayat 7 dan 8: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya Dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya Dia akan melihat balasannya pula.”
Itulah keadilan Allah yang membalas setiap perbuatan manusia kerjakan. Perbuatan baik akan berbuah pahala, sementara perbuatan buruk pasti akan menanggung siksa. Tidak ada suatu perbuatan pun yang luput dari pengamatan-Nya meskipun sebesar biji sawi.

Monday, September 27, 2010

Insha Allah- Maher Zain

0comments

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way

Everytime you can make one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame

Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way

Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insha Allah we’ll find the way